Lantas bagaimana merantau dalam Agama Islam?
Allah SWT. Telah berfirman dalam Al-Qur’an,
“...Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang mendustakan itu.” (Al-An’am : 11)
Dalil diatas dapat kita pahami bahwa Allah memerintahkan kita untuk
berjalan di muka bumi (merantau) untuk memperhatikan bagaimana kehidupan
orang-orang terdahulu yang telah mendustakan agama Allah. Artinya, kita sebagai
makhluk yang tidak luput dari dosa harus mengambil hikmah dan pengalaman dari
perantauan agar kita dapat memperbaiki diri dan memiliki kepribadian yang lebih
baik lagi.
Dalam firman Allah yang lain,
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia
diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana
ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah:
17-20)
Begitulah Allah memerintahkan kepada hambanya untuk memperhatikan
ciptaan-Nya di muka bumi. Dari langit ditinggikan, gunung ditegakkan, hingga
bumi dihamparkan, semua merupakan ciptaan Allah yang membuat manusia semua
takjub melihatnya. Dan dengan merantaulah kita lebih mudah untuk merenungi dan
memperhatikan ciptaan Allah yang berada di penjuru bumi tersebut.
Dalam pengalaman merantau itu sendiri, mari kita ambil pelajaran
dari kisah Imam Syafii. Beliau pergi merantau ketika berusia masih kecil yaitu
14 tahun, dikarenakan keinginannya yang kuat untuk menuntut ilmu. Padahal
kehidupan keluarga beliau pada saat itu sangat miskin, namun karena tekad
beliau dalam meraih cita-cita yang teguh, maka beliau pun pergi merantau tanpa
membawa bekal uang. Hanya satu bekal yang sangat berharga bagi beliau pada saat
itu yaitu do’a dari ibunya tercinta.
Berikut beberapa perkataan Imam Syafii:
- Pergilah (merantaulah) dengan penuh keyakinan, niscaya akan engkau temui lima kegunaan, yaitu Ilmu Pengetahuan, Adab, pendapatan, menghilangkan kesedihan, mengagungkan jiwa, dan persahabatan.
- Sungguh aku melihat air yang tergenang membawa bau yang tidak sedap. Jika ia terus mengalir maka air itu akan kelihatan bening dan sehat untuk diminum. Jika engkau biarkan air itu tergenang maka ia akan membusuk.
- Singa hutan dapat menerkam mangsanya, setelah ia meninggalkan sarangnya. Anak panah yang tajam tak akan mengenai sasarannya, jika tidak meninggalkan busurnya.
- Jika engkau tinggalkan tempat kelahirnmu, engkau akan menemui derajat yang mulia ditempat yang baru, dan engkau bagaikan emas sudah terangkat dari tempatnya.
Kesimpulan
1.
Allah menyuruh kita untuk
memperhatikan orang-orang terdahulu yang telah mengingkari-Nya dengan bertebar
di muka bumi.
2.
Merantau merupakan cara yang sangat
efektif untuk memprbaiki diri.
3.
Dengan merantau, kita akan banyak
mendapat pengalaman, wawasan dan ilmu pengetahuan.
4.
Keadaan ekonomi keluarga bukan
merupakan sebuah alasan untuk tidak merantau. Imam Syafii tetap merantau
walaupun hanya berbekal doa dari ibunya. Dan berkat kegigihan beliau, nama
beliau sampai sekarang masih dikenal.
5.
Mintalah restu dari orang tua,
karena ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua.
Wallahu a’lam
Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar